Kamis, 19 September 2013



Waktu itu kami (saya, Bayu Noer dan Gilang) berkumpul bersama anak-anak kecil di sebuah kolam pemancingan ikan patin di daerah Ciputat, nama kolamnya Tambok Lobu yang terkenal  memiliki ikan-ikan patin berukuran besar. 

Nah yang menarik dari acara mancing ikan patin bersama anak-anak ini adalah kita bisa mengenal dengan lebih dekat karakter anak-anak kecil tersebut. Ada banyak sekali anak-anak yang bergabung dengan kami saat itu. Dari Jakarta kami hanya membawa 4 orang anak, yang adalah buah hati kawan-kawan kami sendiri – si kembar Pa’an dan Pa’in anak rekan kami Hasan Daulay yang paling imut karena kembar, tetapi ternyata di lokasi jumlahnya tiba-tiba membengkak menjadi 20 orang anak dengan bergabung disekitar kolam. 

Rupanya mereka juga fans berat acara mancing di televisi sehingga saat tahu kami sedang suting mereka langsung berkerumun! Namanya suting dengan anak-anak, kita harus super sabar dan berkomunikasi dengan berusaha sekuat tenaga menjadikan diri kita sebagai anak-anak itu. Karena kalau tidak demikian maka akan banyak sekali missed yang membuat banyak hal menjadi kacau. Tetapi sungguh, suting dengan anak-anak itu sangat menyenangkan. Memang berisik dan kadang bikin geregetan, tetapi overall sangat kocak.
Yang saya ingat nama anak-anak imut ini hanya 4 orang saja. Rahman anaknya rekan kami Jarot. Lalu Joshua. Lalu Pa’an dan Pa’in, si kembar buah hati Hasan Daulay. Rahman dan Joshua tidak seberani Pa’an dan Pa’in yang terus ready tiap terjadi strike. Bahkan kalau perlu, strike yang didapatkan Joshua atau Rahman akan direbut oleh si kembar ini. Rahman awalnya malu-malu dan tidak berani memancing sendiri, jadi harus terus didampingi oleh ayahnya. Tetapi lambat laun seiring dengan naiknya kepercayaan dirinya, akhirnya dia berhasil memancing sendiri tanpa didampingi siapapun. Ada kemauan yang keras dari buah hati Jarot ini untuk belajar dan kemudian tidak mau lagi tergantung terlalu banyak dengan ayahnya. Joshua tidak demikian. Entah karena jarang keluar rumah atau bagaimana, Joshua lebih pemalu dan harus selalu didampingi oleh ayahnya (saya lupa nama ayahnya). Dari awal sampai akhir Joshua tidak mau sendirian. Padahal kawan-kawannya yang lain sudah banyak yang asyik sendiri.
 

Yang paling luar biasa memang Pa’an dan Pa’in. Si kembar ini tidak memiliki rasa takut sama sekali. Awalnya mereka masih memerlukan seseorang yang ada disampingnya. Tetapi tidak lama kemudian dia sudah berani sendiri dan tidak mau didampingi lagi. Dua bersaudara ini juga kadang bekerjasama berdua untuk mengalahkan ikan-ikan yang kadang berukuran 7 kg itu. Mental dan keberaniannya sangat besar, tidak gentar sama sekali meski kadang tertarik oleh ikan hampir dekat tepi kolam. Karakter orang Batak yang diturunkan oleh ayahnya sangat kuat tertanam di hati si kembar ini. Praktis, acara mancing ikan patin ini sedikit banyak berubah menjadi Pa’an & Pa’in Show! Hahaha! Jadi saudara, jika Anda memiliki buah hati yang masih kecil dan ingin mengenal karakter mereka dengan lebih jelas, mancing bisa dijadikan cara yang menarik. Tidak harus selalu dengan diajak outbound misalnya. Salam.***mike (Michael Risdianto)  www.michaelrisdianto.blogspot.com


0 komentar:

Posting Komentar