Hot spot atau rumah ikan merupakan incaran bagi nelayan maupun
pancinger. Tanpa mengetahui hot spot, maka mancing di laut jauh dari
keberhasilan dan hanya buang-buang waktu saja.
Dari dulu hingga sekarang ini, saya sering mancing bersama nelayan. Di saat akan
melaut, yang saya pertanyakan kepada
nelayan itu adalah kita mau mancing dimana dengan target ikan apa? Si nelayan itu
langsung menjawab: kita akan mancing ikan tenggiri di karang anu, atau mau mancing kakap di rumpon, atau dia
menjawab akan mancing ikan GT di batu mandi misalnya.
Setelah mengetahui tujuan mencari ikan maka berangkatlah
kami memancing bersama nelayan. Jelas
mereka melaut pasti ada tujuannya bukan asal-asalan mengantar pancinger kelaut. Mereka juga sama dengan
saya yaitu mencari rumah ikan yang banyak dihuni ikan.
Dalam soal mencari rumah ikan, ada sebagian besar nelayan kita mencari ikan
tanpa bantuan alat elektronik seperrti GPS dan fishfinder. Panduan mereka hanya
kompas sederhana dan tanda-tanda alam saja. Lalu para nelayan melihat tanda
alam yang ada seperti perubahan air dan ombak untuk menandai adanya karang. Untuk
memastikan dasar laut apakah pasir, lumpur atau karang, para nelayan generasi
dahulu melakukan cara mengelot dasar laut.
Ngelot yaitu mengikat timah besar yan diikat tali lalu
menceburkan timah hingga dasar laut. Setelah sampai di dasar timah diangkat ke
atas untuk dianalisa apakah timah tersebut mengenai lumpur, pasir atau karang.
Bila menemukan pasir atau karang lantas mereka memancingnya.
Jika cara nelayan atau pancinger dahulu itu dalam mencari lokasi ikan hanya berdasarkan
pengalaman, intuisi, mengamati
tanda-tanda alam. Namun sekarang para nelayan atau pancinger sekarang ini, dalam
mencari lokasi ikan dibantu dengan alat elektronik seperti Global Position System (GPS)
dan Fish Finder. Kedua alat ini bisa
membuat sukses memancing. Untuk mengetahui bagaimana fungsi kedua alat elektronik tersebut akan
kami uraikan satu persatu.
Sesuai dengan fungsinya GPS akan memberikan informasi lokasi
tertentu apakah itu lokasi mancing (hot spot), pelabuhan, pulau, rumpon, tandes
dan lain-lainnya. Lokasi-lokasi itu dinyatakan
sebagai titik koordinat bumi (way
point) berupa nilai derajat, menit dan detiknya di garis lintang (latitude/ Lat) dan garis bujur (Longitute/Lon)
untuk kemudian disimpan dalam memori GPS.
Melalui GPS kita bisa terbantu, karena GPS bisa menunjukkan
arah perjalanan ke lokasi koordinat yang telah direkam. Di dalam GPS memberikan data data berupa
arah kompas (bearing) dan
jarak tempuh yang harus ditempuh (range).
Selain itu melalui GPS kita juga
memasukan data (ploting) setiap lokasi yang ingin kita kunjungi secara
berurutan, sehingga bila kita hubungkan
akan terbentuk suatu rute perjalanan.
Fungsi lain yaitu GPS juga bisa memberikan data-data kecepatan kapal absolute (speed
over ground), kecepatan kapal sampai tujuan (speed over course), waktu tempuh (time to go), perkiraan waktu tiba (estimated time arrival).melalui GPS kita juga bisa mengetahui penyimpangan
arah yang terjadi (cross trak error).
Nah setelah Anda bisa menguasai GPS maka dalam bernavigasi
dalam mencari lokasi mancing pun akan lebih mudah. Agar anda sukses mancing
alat elektronik yang anda harus kuasai lagi adalah fish finder.
Fish finder ialah
perangkat elektronik yang bekerja dengan cara memancarkan gelombang ultrasonik
dan menangkap kembali pantulannya.
Perangkat fish finder yang digunakan untuk memancarkan gelombang dan
menangkap gelombang kembali disebut dengan nama tranduser.
Prinsip kerja dari fish finder yaitu gelombang suara berfrekuensi antara
15 kHz sampai 455 kHz dipancarkan tranduser dipantulkan oleh dasar perairan
kemudian ditangkap kembali oleh transduser.
Proses gelombang pantulan yang berulang-ulang itu ditangkap tranduser
kemudian diterjemahkan dalam monitor dalam bentuk titik-titik sehingga
menimbulkan gambar topografi dasar
perairan.
Dari hasil pembacaan gambar topografi itulah akhirnya kita
bisa membedakan kekerasan dari topografi struktur dasar perairan. Biasanya bila
keadaan dasar perairan benda yang keras
maka warna di monitor gambarnya lebih pekat. Sebaliknya jika topografi lembek
maka gambar di monitor pun tidak pekat.
Jadi bila topograf dasar perairan keras langsung diasumsikan
bahwa di dasar bisa berupa karang. Demikian juga bila dimonitor fish finder gambarnya tidak pekat
warnanya maka sering kita terjemahkan dengan lumpur. Selain itu rata tidaknya
topografi dasar perairan bisa di ketahui melalui fish finder. Untuk mengetahui itu semua merupakan penyimpulan
titik hasil pembacaan fish finder.
Untuk bisa mengetahui apakah topografi itu berupa karang
luas, tandes atau rumpon, tentu saja diperlukan jam terbang yang tinggi. Artinya si pemakai fish finder harus
hafal betul gambar-gambar yang ditampilkan oleh monitor fish finder.
Selain topografi dasar perairan, gelombang suara yang
dipancarkan oleh transduser terkadang mengenai benda-benda yang melayang
dalam air, karena benda tersebut juga memantulkan gelombang. Benda yang
melayang itu pun bisa terbaca dalam monitor fish finder. Benda yang
melayang itu bisa saja kumpulan ikan, sampah atau rumput laut. Namun bila di
karang-karang atau struktur topografi perairan yang keras biasanya benda yang
melayang itu adalah gerombolan ikan.
Nah setelah ketemu lokasi ikan, tindakan selanjutnya kita harus
memperhitungkan secara matematis cara melabuh jangkar berdasarkan kuat
tidaknya arus. Pertimbangan utama labuh jangkar adalah umpan harus jatuh di
lokasi ikan. Melesetnya labuh jangkar berpengaruh terhadap hasil memancing.
Soal labuh jangkar, akan kami bahas dalam tulisan berikutnya. Selamat mancing.*** Mrk
– Marcus W Nugroho (masmarkus@gmail.com)
0 komentar:
Posting Komentar