Merayakan Ulang tahunnya,
sebuah Komunitas mancing bernama Terminal
Fishing Comunity (TFC) sengaja
membuat sebuah trip full casting Salt water di Ujung kulon,Banten dengan tujuan meningkatkan keakraban dan kekompakan seluruh
membernya.
Ialah Wiwim Kusworo atau Pak Wim, Muhammad Sugi atau yang biasa di
panggil Pak Ugi, Zainus, Markus, Victor lois,Erwin kusumah, Ratno, Ayen Lam,
Teddy, Jammy Sasmita, Yasa, Lukman, Mariska , dan seorang sahabat yang sengaja
datang dari negeri seberang yaitu Pak Azman A samad, beliau adalah pancinger asal Singapura
yang bersahabat baik dengan Pak Ugi, yang telah bersepakat untuk melakukan trip ini selama tiga hari
tersebut mulai 18 hingga 20 April 2014, dan berita mancing mendapatkan satu
seat untuk berpartisipasi dan tentunya
dokumentasi.
Pak Wiwim dan ikan mangrove jack salah satu ikan favorite saya |
Kamis malam tanggal 17 April 2014 kami berkumpul di Rumah makan Nila
Bakar Pak Ugi di bilangan Boulevard kelapa Gading sebagai Meeting point
pemberangkatan peserta trip yang berdomisili Jakarta Timur, utara dan Bekasi. Sebelum berangkat kami melakukan cek persedian
peralatan dan logistik untuk keperluan selama memancing di Ujung kulon nanti,
saya sebagai orang baru dalam memancing di laut sempat terheran heran melihat
persiapan yang di lakukan teman teman, betapa tidak! Banyak sekali barang dan
keperluan yang rupanya menjadi keharusan dalam daftar stock persediaan Logistik
dan lain lain, hal ini dijelaskan oleh sahabat saya Zainus untuk apa saja
kebutuhannya agar nanti kita disana tidak kekurangan bahan.
Setelah selesai melakukan check dan doublecheck segala kebutuhan, Pak Ugi memastikan kembali
teman teman sudah makan atau belum, karena perjalanan akan memakan waktu yang
cukup panjang kurang lebih 8 jam perjalanan, dan diharapkan perut dalam kondisi
terisi cukup. Sekitar pukul 21.00 WIB kami langsung tancap gas menuju Lokasi,
di Rest Area jalur Tol KM 42 kami berhenti untuk bertemu dengan rombongan yang
berangkat dari rumah masing masing yaitu Markus, Jammy, Ayen dan Teddy, setelah semua rombongan berkumpul
dan lengkap kamipun melanjutkan perjalanan dengan semangat yang berapi api,
kecuali saya yang dalam perjalanan tersebut dalam kondisi kurang fit sehingga mengalami
mabuk darat hahaha.
Perjalanan di hentikan oleh mobil ketua rombongan untuk mengisi perut di
daerah Pasar Panimbang sekitar pukul
03.00 Dinihari, di tempat inilah kawan kawan selalu berhenti untuk sarapan dan
sekedar melepaskan lelah setelah berkendara dalam jarak yang cukup jauh, dalam
setiap trip ke Ujung kulon ini, karena Ujung kulon ini adalah salah satu Spot
mancing yang disukai oleh teman teman TFC. Kami pun tiba di lokasi Dermaga
Taman Jaya sekitar pukul 05.00 pagi
hari.
Pak Ugi tertawa riang setelah berhasil mendapat ikan |
Saya sungguh salut terhadap daya juang dan semangat mancing Kawan kawan
saya ini, mereka langsung persiapkan peralatan dan logistik tanpa mengambil
kesempatan untuk istirahat seperti yang di tawarkan oleh Pak Wim dan Pak Ugi, mereka
berkeras untuk langsung berangkat, karena katanya ikan disini sudah rindu
dengan kita pak, Dan selesai mereka prepare semua alat yang di perlukan pada sessi
hari pertama ini pun semua langsung menuju ke dermaga penjemputan, sedangkan
saya sendiri disarankan untuk beristirahat saja di penginapan mengingat saya
masih belum Fit, dan saya pun melepas pasukan castinger dari TFC ini di dermaga kapal jemputan.
Menjelang Senja hari pasukan ini kembali ke dermaga dengan berbagai
cerita, mulai dari senar yang putus di hajar ikan besar, sampai ke cerita Pak Ugi yang Jorannya
patah di hajar Ikan GT berukuran 4,5 kilogram seperti di tuturkan oleh Zainus
yang kebetulan satu Perahu dengan Pak Ugi. Disinilah terlihat mereka semua
tampak lelah sekali, hingga akhirnya tanpa banyak berhaha hihi malam itu kawan
kawan memilih cepat beristirahat untuk memulihkan tenaga supaya pada perjalanan
esok hari sudah segar badannya.
Pagi pagi sekali kami sudah bangun untuk kembali prepare dan sarapan
pagi, tentunya juga mandi dan gosok gigi. Untuk trip hari kedua ini persiapan
lebih banyak dan lebih lengkap di banding hari pertama, karena hari kedua ini
kami akan bermalam di sebuah pulau untuk melanjutkan trip hari ke tiga, oleh
karenanya semua persiapan harus di bawa menyebrang kesana kalau kita mau aman
dan tidak kekurangan logistik kata Victor kepada saya. Rupanya keheranan saya
pada awal keberangkatan mengenai repotnya persiapan dan segala sesuatunya tidak
beralasan karena ternyata semua yang disiapkan itu sangat berguna di tempat
ini.
Dengan penuh semangat dan
harapan, berbondong bondong kami menaiki kapal angkutan menuju lokasi
mancing, terlihat sekali profesionalisme teman teman TFC ini dalam keseluruhan
proses pada trip ini. Sesampainya di lokasi kami langsung berpencar dengan
perahu masing masing karena untuk menjangkau spot spot karang dangkal kami
harus menggunakan kano dengan kapasitas 3 orang termasuk tekongnya. Kami di
bagi menjadi 7 team dengan 7 kano yang langsung meluncur tanpa di komando lagi,
bak sudah kehausan kami langsung menuju spot spot yang ditunjukan oleh Fishing
guide kami secepat mungkin mengejar ikan ikan yang sudah menunggu lure yang
dilemparkan.
Saya memang di setting satu perahu dengan pak Wiwim karena dengan
beliau saya bisa belajar banyak mengenai tehnik dan trik mancing di laut, dua
perahu di depan kami ialah Pak Ugi dan Zainus yang sudah faham betul titik titik potensial dari
perairan di ujung kulon ini, lebih di depan lagi ada Victor dan Azman samad
yang mengambil arah ke kiri dan mencari spot sekitar hutan Bakau, Markus dan
Jammy langsung tancap ke wilayah bermuara, Erwin, Ratno, Lukman, Yasa, Ayen dan
teddy juga tidak mau ketinggalan, mereka semua langsung menghilang dari
pandangan saya dalam waktu beberapa menit saja.
Canda tawa saatp erjalanan menuju ke spot |
Pada lemparan lemparan awal di perahu saya sudah dapat di tebak bahwa
Pak Wim adalah jawaranya, tidak butuh berapa lama, seekor baby Baracuda
berhasil di taklukan dengan mudahnya oleh beliau, sementara team yang terdekat
dengan perahu kami ialah Pak Ugi dan Zainus, terdengar mereka berteriak
“Strike!!!” dari jarak 100 meteran, dan kami pun menyaksikan Pak Ugi sedang
meladeni tarikan ikan yang menyambar umpannya, sungguh tontonan yang begitu
menarik bagi saya menyaksikan serunya Fight antara pak Ugi VS Blue fin Trevally
berbobot sekitar 4kg yang mana di
menangkan oleh Pak Ugi dalam waktu beberapa menit saja, segera saya abadikan
moment kemenangan Pak Ugi saat itu juga.
Tidak lama berselang lemparan Minnow berukuran 9cm pak Wim pun mendapat sambaran sporadis di
antara karang karang yang menonjol ke permukaan air, Rupanya seekor Giant
Trevally berukuran sedang yang menyambarnya, karena menggunakan Reel Baitcast
mau tidak mau Pak Wim
harus meladeni perlawanan sang GT dengan sabar sekali sambil sesekali meminta
tekong untuk mengarahkan perahu keluar dari gugusan karang mandi tersebut,
dengan keahlian yang mumpuni akhirnya GT berukuran 4 kilogram pun berhasil di
daratkan dengan sempurna oleh Pak Wim. Bukan berarti saya tidak mendapatkan
sambaran dari predator penghuni ujung kulon ini, hari ini saya mendapat cukup
banyak sambaran Cuma selalu gagal untuk menuntaskan Fight, tercatat hanya
seekor kerapu
macan
berukuran 1kilogram saja yang berhasil landed, selebihnya senar putus dan
mocel.
Menjelang makan siang dalam perjalanan menuju Bagan apung kami bertemu kelompok
Markus dengan pak Jammy dan Ahyen bersama Teddy, rupanya mereka juga panen strike pada
pertempuran pagi itu, Ikan kuwe, mangrove jack, krapu, dan beberapa ikan lainnya berhasil dikumpulkan
untuk makan malam nanti di pulau. Rupanya di Lokasi makan siang sudah sampai
terlebih dahulu kawan lainnya yang rupanya rasa lapar menuntun kami untuk cepat
kembali.
Saat makan siang kami bercerita tentang serunya petualangan pagi itu, cuma memang masih ada
kawan kami yang belum mendapat jatah strike karena belum tepat memilih spot dan
juga kadang tekong perahunya salah menentukan titik, tapi perjalanan masih
panjang, karena kita akan masih di atas perahu hingga matahari terbenam.
Setelah selesai makan siang dan beristirahat seluruh anggota crew casting ini di angkut oleh
kapal utama untuk pindah ke lokasi spot yang labih jauh dan dimana di tempat
tersebut nanti kami akan bermalam di sebuah pulau tak berpenghuni, dan inilah
salah satu hal menarik yang tak terlupakan dalam petualangan kali ini. Sekitar
satu jam perjalanan kapal dan akhirnya kami berhenti di perairan yang karangnya
cukup dangkal dan terdapat beberapa muara di sisi sisinya yang tak begitu
tampak keberadaanya karena tertutup oleh rimbunnya hutan bakau.
para peserta eksplore foto bersama sebelum pulang |
Bagai laskar pejuang yang sudah siap bertempur kami kembali kepada
tekong perahu
kami masing masing yang perahunya memang di seret merangkai kapal induk yang
kami pakai sebagai transportasi, dengan semangat yang berapi api kembali kami
menelusuri tepian demi tepian hutan bakau yang dikelilingi gugusan karang
sebagai rumah ikan itu, kami berpencar lagi namun posisi tidak terlalu
berjauhan kali ini, dengan jarak tiap tiap perahu antara 100 sampai 200 meter
kami berbagi area untuk melempar, sungguh moment yang luar biasa, lemparan demi
lemparan kami banyak sekali mendapat sambutan dari para penghuni karang lautan
tersebut. Seperti biasa, di perahu saya selalu saja Pak Wim yang berjaya
mendapat sambaran, fight dan melandedkan targetnya, seekor mangrove jack atau
ikan mangar untuk bahasa daerah setempat masuk daftar perolehan perahu kami
siang itu. Tidak terlalu jauh dari perahu kami ialah Markus dan Jammy yang
tetap fokus pada sebuah lekukan perairan yang membentuk teluk namun di penuhi
bebatuan dan karang di bawahnya, bukan tidak beralasan mereka Fokus disana,
jelas saja kami melihat beberapa ekor blue fin trevally sukses di daratkan oleh mereka berdua.
Sesekali situasi unik terjadi di siang menjelang sore itu, Pak Ugi dan
Zainus yang mencoba mencari sambaran di mulut Muara pun sempat terkecoh oleh
sebuah pergerakan di air, mereka melemparkan lure secara bertubi tubi, namun
alangkah terkejutnya mereka ketika yang keluar dari dalam air ialah seekor Buaya
muara berukuran kurang lebih 5 meter sehingga sontak mereka berhenti melempar
dan memilih untuk pindah lokasi. Keseruan dan ketegangan dalam memancing di
alam liar memang sering kali terjadi, akan tetapi apabila kita dapat
menghormati alam dengan segala ke arifannya dan tetap berhati hati rasanya hal
tersebut bisa kita konversi menjadi kesenangan, memasuki wilayah dalam muara
pun merupakan tantangan tersendiri, karena kita harus turun untuk mendorong
perahu dan masuk ke dalam rimbunnya hutan bakau dan bukan hal mudah melakukan
lemparan ke area yang begitu rimbun dan lebat kecuali sang pancinger sudah
memiliki tehnik dan skill yang mumpuni.
Ketika matahari mulai terbenam, kami semua menuju sebuah pulau di
sekitar pulau Peucang untuk bermalam dan beristirahat, dengan pengalaman full casting dan Fight
dengan ikan besar menggunakan puranti kelas light dan medium merupakan cerita yang indah untuk kami bahas
malam ini sambil makan ikan bakar hasil mancing siang ini hingga kami semua
terlelap menunggu esok untuk pertempuran hari ke tiga yang pastinya tidak kalah
seru dan mendebarkan. Selamat Ulang Tahun Terminal Fishing Comunity, semoga tetap Kompak dan
Solid. ***ADHI FATAH wartawan Berita mancing.
0 komentar:
Posting Komentar