Rawa pening pada hari Sabtu, tanggal 21 September 2013
menjadi ajang pertemuan sadulur Castinger dengan tema “Maguro Uncal-uncal Temu
Dulur Castinger 2013”. Moment ini menjadi perekat rasa pasaduluran (persaudaraan) pancinger castinger (pemancing yang suka
casting).Ada sebanyak 80 pancinger yang datang dari berbagai wilayah Indonesia
menghadiri moment ini
Rawa pening sebagai lokasi
pertemuan castinger merupakan perairan umum yang sangat luas, betapa tidak
dengan luas genangan mencapai 2670 hektar, Rawa Pening adalah genangan air
terluas ke - 6 di Jawa setelah waduk Gajah Mungkur (9000 Ha), Jatiluhur (8300
Ha), Cirata (6200 Ha), Saguling (5200 Ha) dan Kedung Ombo (4600 Ha). Bagi saya Rawa pening juga merupakan sebuah
rawa yang unik, dimana posisinya dikelilingi oleh bukit dan gunung. Di sebelah
selatan terdapat dua gunung besar yang
menjulang yaitu gunung Merbabu yang gagah, di sebelah barat terdapat gunung
Ungaran yang cantik, sedangkan di sisi utara dan selatan terdapat bukit hijau
membentang.
Jam 4 pagi angin sembribit
dengan embun pagi yang dingin menembus baju kami yang baru tiba dari Jakarta.
Setelah menempuh perjalanan selama 12 jam dari Jakarta, bersama Pak Wiwim
Kusworo, Mang jalo, Aak dan saya, akhirnya kami sampai di Kampoeng Rawa. Di
saung apung sudah banyak pancinger dan panitia yang sebagaian besar masih
tertidur pulas lantaran bekerja menyiapkan pertemuan castinger. Kami disambut
Pak Lastiyo dari tim Maguro sekaligus sebagai panitia. Kami menyalami dan
memeluknya sebagai rasa persaudaraan yang erat. “Kawan-kawan baru saja tidur lantaran
ngobrol sampai pagi bersama bang Joe
Mich,” cerita Lastiyo.
Pak Wiwim dan Mang Jalo menjelajah Rawa Pening . |
Selang sepuluh menit
kemudian rombongan SH2G datang. Mereka ini terdiri dari Moh Erwin, Andriyanto,
Mang Cek, Eric, dan Arya Dhyta. Kedatangan mereka menambah serunya obrolan mancing
di pagi itu dan ternyata group SH2G baru keliling sungai-sungai Purwokerto
untuk berburu ikan hampala. Kegaduhan obrolan kami membangunkan dulur lain yang
lagi bobok nyenyak seperti kawan-kawan dari group Mancing Maniac dengan Dahri
Cilacap menyalami dan memeluk kami sebagai tanda persaudaraan. Sementara itu
mas Rachmat Wahjoe juga terbangun dan menyambut kami. Kami peluk Rachmat, Risky
Bastanta, Bandit dan panitia lain dengan penuh rasa persaudaraan yang sangat
akrab. “Selamat datang di RWP bro,” katanya penuh semangat. Satu persatu dulur
castinger berdatangan, saya lihat Melvin, Yan Yan dan Ndoy ikut nimbrung ke
dalam percakapan kami di pagi. Sembribit dingin angin pagi ternyata terkalahan
oleh obrolan mancing dan senda gurai kami.
Saya (pakai topi cowboy )menyempatkan diri foto bersama rekan-rekan |
Ditengah obrolan pagi dan
kedatangan para dulur castinger, mentari di balik bukit menyembulkan dirinya.
Melihat pemandangan indah di balik munculnya matahari itu saya langsung berlari
ke tepi sawah untuk mengabadikan keindahannya. Polah tingkah saya mencumbu sang
surya ternyata diikuti beberapa sadulur untuk mengabadikan indahnya sang surya
di ufuk timur.
Setelah puas mengabadikan sang surya, saya
kembali minum kopi yang telah di sediakan panitia. Saat kopi baru saya teguk
rombongan Pak John Jarot dan Pudjo Atmadji membawa kue sebagai teman minum kopi. Hemm mantaap
deh, apa lagi panitia membagikan sarapan nasi goreng pedas, membuat dinginnya
pagi hilang lantaran sambal pedas di nasi goreng hahaha…
Rachmad Ketua Panitia |
Dengan mulut huah huah
menahan rasa pedas para castinger mendengarkan briefing tehnik dari Lastiyo
selaku panitia lomba. “ Even ini adalah rangkaian dari Kopdar castinger yang dijalankan di gunung Putri Bogor. Tujuan event ini sama yaitu untuk memperet tali pasaduluran
castinger, bahwa kita semua sejatinya adalah saudara. Untuk tehnis perlombaan
setiap sampan diisi dua pancinger sesuai daftar nomer yang diberikan. Jam 12 sampai jam 13.00 waktu istirahat dan
makan siang dimana seluruh peserta harus merapat di base camp. Usai istirahat
dipersilahkan mancing hingga pukul 16.00. Sebelum berangkat mancing kita akan
foto bersama,” jelas Lastiyo kepada semua peserta.
Kampung Rawa rame dibanjiri pancinger |
Tatkala
para castinger berjejer akan di foto, suasananya bagaikan pasukan yang siap menggempur musuh. Pasukan
merah dengan “senjata”nya siap memburu ikan gabus yang sembunyi dibalik
ganggang dan enceng gondok.Target utama casting ke Rawa Pening adalah ikan
gabus, konon cerita para pancinger bahwa Rawa Pening banyak di huni gabus. Ikan
gabus (chana striata) adalah satu-satunya ikan predator orisinal di rawa ini.
Jadi inilah yang menjadi dambaan kami saat casting di Rawa Pening ini.
Konon cerita di rawa ini meskipun banyak ikan lain namun
populasi ikan gabus yang terbanyak. Populasi ikan gabus yang masih kecil ( <
20 cm) atau kocolan atau ikan kotes banyak berada dibalik tanaman air bahkan
sering terlihat.
Joe Mich dan Andre siap menjelajah Rawa Pening |
Semua peserta mulai naik stom (nama lain dari sampan bermesin). Bagaikan pasukan
marinir mereka merambah lokasi yang diperkirakan banyak ikan gabusnya. Saya
bersama Rachmat Wahjoe, Dahri dan H Bisry
kala itu tidak ikut uncal dan hanya mengabadikan bagaimana pertempuran
berlangsung.
berburu ikan gabus di balik enceng gondok dan di bawah rumput ganggang |
Saat ditengah rawa mata kami dimanjakan oleh
keindahan yang sangat esotik, di seblah
selatan terdapat dua gunung tinggi menjulang sangat gagah, dan sebelah
barat terdapat Gunungn Ungaran yang
cantik di sebelah utara dan selatan terdapat perbukitan daerah Ambarawa
dan daerah Tuntang, Salatiga. Posisi
rawa seperti berada di tengah tempurung raksasa. Berada di tengah rawa sambil
mancing, batin ini bisa terlarut dalam perenungan batin kepada Sang
Pencipta alam semesta. Beautiful place
and amazing God, Allah Huakbar, Allah Maha Besar. Rawa Pening menjadi hidden paradise yang bisa menjadi
berkat bagi warga di sekitar rawa. Saya
yakin frngan adanya even temu dulur ini merupakan upaya positif untuk mendongkrak ekonomi warga
sekitar rawa. Ya ditengah bertani warga bisa menjadi tekong (juru mudi)
mengantar pacinger yang akan memberi imbalan, belum lagi para panciger akan
membeli makanan yang jelas warung sekitar rawa pun bergeliat ekonominya.
Seharusnya kita bangga telah menjadi pancinger yang ternyata bisa memberi
penghasilan kepada warga Rawa Pening. “Saya selaku ketua panita mengucapkan banyak terima kasih kepada para pancinger, kepada pemerintah daerah, kepada pihak keamanan polisi yang telah membantu jalannya event dengan sangat baik. Tanpa mereka kami tidak bisa melakukan hal ini. Niat kami hanya untuk membantu pengembangan
pariwisata, kata Rachmad disamping
saya.
Jam 12 semua stom peserta
kembali ke base camp untuk istirahat dan makan siang. Di sela-sela waktu istirahat ini dipergunakan
para pancinger untuk bercerita dan berbagi cerita perjalanan memancing yang di
alaminya. Ada yang rebahan, ada yang saling ledek dan tertawa lepas, hemm seru
banget.
Mas Bowo pemegang rekor gabus |
Usai istirahat, sadulur castinger mulai uncal lagi. Kali
ini saya kembali uncal bersama Om Bandit namun sebelumnya saya mampir di saung
apung di tengah rawa sebagai base penimbangan. Di situ saya bertemu dengan mas
Bowo pemegang rekor gabus terberat di RWP. “saya kala itu casting land base dan
tiba-tiba umpan saya disambar ikan gabus besar. Untuk duel saya harus ngoyor.
Saat landing fish ikan saya seret pelan ke tempat yang dangkal. Gabus raksasa
itu sangat sayaan peluk kuat-kuat. Ikan
tetap berontak dan berhasil melepaskan diri. Ikan itu lalu saya terkam lagi sampai
saya berguling-guling seperti orang gulat. Baju, celana serta sekujur tubuh
saya penuh dengan lumpur. Lalu ikan saya masukan ke dalam karung, hebatnya itu
ikan berhasil meloncat dari karung sehingga saya kembali menangkap dan
memeluknya hingga akhirnya ada seorang petani yang menolong masukan ikan ke
dalam karung dan mengikatnya. Setelah itu ikan saya timbang beratnya 6,80 kg,cerita
mas Bowo penh suka cita.
istirahat asiknya ngumpul dan ngobrol |
Serunya cerita mas Bowo mendapat gabus raksasa membuat
saya bersemangat untuk uncal lagi. Namun ditengah uncal-uncal ini perenungang
batin terus menerus merambah kemana-mana. Saya teringat akan legenda Jaka
Klinting yang menjadi asal muasal Rawa Pening.
Di desa Dadapan yang konon tenggelam di tengah Rawa terdapat, seorang
pemuda yang memiliki penyakit korengan disekujur tubuh. Dalam menderita sakit
dirinya justru dimusuhi warga dan disingkirkan. Hanya ada satu janda miskin
yang menolong dan merawatnya, janda inilah satu-satunya warga yang selamat dari
tenggelamnya kampung dadapan. Lantaran
dirinya mau diusir keluar kampung karena penyakitnya maka Jaka Klinting menancapkan
lidi dan berkata, “Jika kalian bisa mencabut lidi ini maka saya akan pergi
meninggalkan dan tidak akan kembali ke desa ini,”. Mendapat tantangan mudah
maka satu persatu semua warga berusaha sekuat tenaga mencabut lidi namun tidak
satu pun yang bisa mencabutnya hingga seluruh desa berkumpul untuk mencabut
lidi yang ditancapkan Jaka Klinting.
Lidi di cabut lalu muncrat airnya ( legenda Jaka Klinting) |
Setelah semua warga menyerah tidak menyabut lidi, kini
giliran Jaka Klinting mencabutnya. Tanpa memakai tenaga lidi dicabut dan muncraaaattt airnya dari lubang lidi dan memancarkan air yang
sangat luar biasa besarnya hingga membuat warga panic dan seluruh desa dan
warga Dadapan terendam dan yang selamat hanya Janda miskin yang menolong Jaka
Klinting. Percaya atau percaya, Desa Dadapan yang terendam itulah sampai saat
ini diyakini sebagai asal muasal Rawa pening. Paling
tidak legenda itu mengingatkan kepada siapapun manusia harus saling empaty
(peduli kasih) dan saling tolong menolong, apa lagi tatkala ada orang disekitar
kita dilanda masalah sakit penyakit, masalah ekonomi dan masalah rumah tangga.
Legenda Jaka Klinting akan menjadi pelajaran moral bagi dulur castinger di even
ini, jadi strike yang di dapat bukan hanya snakehead semata.
Pulang dengan hati riang..... |
Ah, sudah jam 4 sore, saya harus kembali ke base cam
untuk melihat hasil Uncal-uncal. Ya ternyata hasil casting dari semua peserta
kurang bagus karena angin bertiup kencang sehingga rawa ngopyak yang bisa
menyulitkan pancinger mendeteksi tanda keberadaan ikan mengumpul dalam jumlah
banyak (frenzy). Sambil menunggu hasil
pengumuman juara kami di hibur oleh goyang dang dut dengan artis sexynya. Liak
liuk artis dan dut ternyata tak menarik perhatian kami karena kami sedang
kangen-kangen saudara tercinta castinger. Akhirnya Juara 1 diraih oleh Pak
Nyoto yang mendapat gabus 1,49 kg, juara kedua Rudy C yang mendapat ikan gabus
1, 13 kg dan juara ketiga diraih Kangke dengan ikan gabus 0,52 kg. Secara keseluruahn acara mantaap dan
salut dengan panitia yang telah memeras otak dan
tenaga untuk mempertemukan
sadulur castinger.
penulis Marcus Berita Mancing |
Sampai jumpa dulurku castinger Indonesia, saya harus pergi, terbang mengelilingi
nusantara untuk melanjutkan petualangan
memancing ke tanah para Daeng,
Makassar. Hidup sebagai jurnalis ibarat life like bird, always flying
in the world, yang jelas saya
ingin kembali mencok dan uncal di Rawa Pening, see you againt.***Marcus W Nugroho
mantab.. om ndan.... ^_^ ^_^
BalasHapusjosss...mantab liputan dan acaranya.
BalasHapusRWP adalah sepenggal paradise yg bisa membawa batin ini lebih dekat kepada sang Maha pencipta, Tuhan semesta alam... nice report
BalasHapusmakasih atas komentarnya... selamat menikmati strike demi strike
BalasHapus