Waktu itu kami (saya, Bayu Noer dan Gilang) berkumpul
bersama anak-anak kecil di sebuah kolam pemancingan ikan patin di daerah Ciputat,
nama kolamnya Tambok Lobu yang terkenal memiliki ikan-ikan patin berukuran besar.
Nah yang menarik dari acara mancing ikan patin bersama
anak-anak ini adalah kita bisa mengenal dengan lebih dekat karakter anak-anak
kecil tersebut. Ada banyak sekali anak-anak yang bergabung dengan kami saat
itu. Dari Jakarta kami hanya membawa 4 orang anak, yang adalah buah hati
kawan-kawan kami sendiri – si kembar Pa’an dan Pa’in anak rekan kami Hasan
Daulay yang paling imut karena kembar, tetapi ternyata di lokasi jumlahnya
tiba-tiba membengkak menjadi 20 orang anak dengan bergabung disekitar kolam.
Rupanya mereka juga fans berat acara mancing di televisi sehingga saat tahu
kami sedang suting mereka langsung berkerumun! Namanya suting dengan anak-anak,
kita harus super sabar dan berkomunikasi dengan berusaha sekuat tenaga
menjadikan diri kita sebagai anak-anak itu. Karena kalau tidak demikian maka
akan banyak sekali missed yang membuat banyak hal menjadi kacau. Tetapi
sungguh, suting dengan anak-anak itu sangat menyenangkan. Memang berisik dan
kadang bikin geregetan, tetapi overall sangat kocak.
Yang saya ingat nama anak-anak imut ini hanya 4 orang saja.
Rahman anaknya rekan kami Jarot. Lalu Joshua. Lalu Pa’an dan Pa’in, si kembar
buah hati Hasan Daulay. Rahman dan Joshua tidak seberani Pa’an dan Pa’in yang
terus ready tiap terjadi strike. Bahkan kalau perlu, strike yang didapatkan
Joshua atau Rahman akan direbut oleh si kembar ini. Rahman awalnya malu-malu
dan tidak berani memancing sendiri, jadi harus terus didampingi oleh ayahnya.
Tetapi lambat laun seiring dengan naiknya kepercayaan dirinya, akhirnya dia
berhasil memancing sendiri tanpa didampingi siapapun. Ada kemauan yang keras
dari buah hati Jarot ini untuk belajar dan kemudian tidak mau lagi tergantung
terlalu banyak dengan ayahnya. Joshua tidak demikian. Entah karena jarang
keluar rumah atau bagaimana, Joshua lebih pemalu dan harus selalu didampingi
oleh ayahnya (saya lupa nama ayahnya). Dari awal sampai akhir Joshua tidak mau
sendirian. Padahal kawan-kawannya yang lain sudah banyak yang asyik sendiri.
Yang
paling luar biasa memang Pa’an dan Pa’in. Si kembar ini tidak memiliki rasa
takut sama sekali. Awalnya mereka masih memerlukan seseorang yang ada
disampingnya. Tetapi tidak lama kemudian dia sudah berani sendiri dan tidak mau
didampingi lagi. Dua bersaudara ini juga kadang bekerjasama berdua untuk mengalahkan
ikan-ikan yang kadang berukuran 7 kg itu. Mental dan keberaniannya sangat
besar, tidak gentar sama sekali meski kadang tertarik oleh ikan hampir dekat
tepi kolam. Karakter orang Batak yang diturunkan oleh ayahnya sangat kuat
tertanam di hati si kembar ini. Praktis, acara mancing ikan patin ini sedikit
banyak berubah menjadi Pa’an & Pa’in Show! Hahaha! Jadi saudara, jika Anda
memiliki buah hati yang masih kecil dan ingin mengenal karakter mereka dengan
lebih jelas, mancing bisa dijadikan cara yang menarik. Tidak harus selalu
dengan diajak outbound misalnya. Salam.***mike (Michael Risdianto) www.michaelrisdianto.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar