Senin, 25 Maret 2013



Dampak dari iklim global membuat elang laut  (Albatros s) semakin jauh berkelana mencari makanan.   Pada dekade  perubahan iklim terakhir ini menyebabkan terjadinya  perubahan dalam medan angin di belahan bumi selatan. Hal ini ternyata membawa dampak kepada elang laut. Burung elang laut pun semakin terbang jauh ke Selatan. Pindahnya penerbangan Elang laut dikarenakan makanan yang berupa gerombolan ikan-ikan bergeser ke arah selatan. Kepindahan ikan-ikan inilah yang ikuti oleh elang laut.

Kepindahan pencarian makanan pada elang laut dipantau para ahli  melalui alat pelacak mikro satelit yang dipasang pada elang laut. Dalam data trek penerbangan membuktikan bahwa elang laut terbang semakin jauh berkelana ke selatan.
Elang Laut atau albatross, dijuluki "mesin terbang" hidup yang paling mengesankan di bumi ini, dan julukan itu bukannya tanpa alasan. Albatros mengembara dan telah terpesona orang selama berabad-abad. Dengan lebar sayap lebih dari tiga meter dan setengah, itu adalah burung laut terbesar di dunia, melebihi hanya condor Andes (Vultur fulvus). Elang ini memang  pelaut elegan, yang menghabiskan sebagian besar hidup-nya terbang dan berkembang biak di pulau-pulau terpencil di Samudera Selatan. Mereka melakukan perjalanan ribuan kilometer untuk mencari ikan dan cephalopoda seperti cumi-cumi, sering mengikuti kapal dan makan sisa potongan ikan yang dibuang. Usia maksimum elang mencapai  55 tahun. Bentangan sayap elang laut mencapai panjang tiga meter, burung laut terbesar ini sanggup terbang hingga kecepatan 115 kilometer per jam. 
Menurut  penilitian  para ahli  bahwa elang  laut  tidak memiliki musuh alami dan berada di atas rantai makanan ,  maka sangat cocok sebagai indikator kesehatan ekosistem laut.  Jika elang semakin jauh berkelana berarti semakin jauh pula keberadaan ikan yang menjadi rantai makannya. Nah janganlah heran bila mancing sekarang ini semakin sulit karena dampak iklim global ternyata ikan-ikan pun berpindah sesuai dengan angin yang terjadi.***mrk – disarikan dari www. ScienceDaily.com.

0 komentar:

Posting Komentar