Kamis, 31 Oktober 2013


Pak Wiwim
Ikan mangrove jack dan ikan kerapu menyambar bertubi-tubi. Burung-burung bersahut-sahutan tiada berhenti bernyanyi. Burung elang hilir mudik diatas kepala kami. Suasana ini sangat menghibur hati. Siapapun yang menemui hal ini akan terhibur batinnya serta merenungkan betapa besar dan agung karya Allah Sang Ilahi. Itulah perenungan batin tatkala kawan Terminal  Fishing Community (TFC)  dengan pancinger Wiwiem Kusworo, Zaenus, Markus Sugianto, Erwin, Steve, Lukman dan Marcus Widhi Nugroho dari Berita Mancing, melakukan mancing dengan menjelajahi hutan bakau di muara-muara sekitar Pulau Handeleum, kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. 

Markuss
Pada penjelajahan menemukan muara hutan bakau yang dihuni oleh ikan mangrove jack, barramundi dan kerapu. Penemuan “harta karun’ sangat penting bagi penggemar casting di tanah Jawa ini. Mengapa? Karena untuk menemukan hot spot casting di daerah yang relative dekat dari Jakarta masih sedikit jumlahnya. 

Untuk menuju ke Handeleum kita harus menuju ke desa Taman Jaya. Desa Taman Jaya merupakan desa terakhir yang berada di tepi Taman Nasional Ujung Kulon. Dari desa ini  para pecinta alam yang mulai trekking menjelajahi lebatnya hutan rimba maupun ingin menjelajah ke kawasan Taman Nasional Ujungkulon seperti Pulau Peucang, Pulau Handeleum maupun Pulau Panaitan. Desa Taman Jaya bagaikan “pintu” menuju petualangan di Taman Nasional Ujung Kulon ini, terdapat satu home stay cantik di pinggir pantai sebagai shelter para penjelajah alam termasuk rombongan kami. 

steve
Kano fishing
“Kita akan bagi tiga kelompok untuk mancing di kano menjelajah muara. Kano pertama saya, Pak Wiem dan Pak Marcus  dengan pemandu ranger Pak Miskandi. Kelompok kano kedua  Markus, Steve dengan pemandu ranger Pak Yani. Dan kano ketiga Pak Erwin, Lukman dan pemandu ranger adalah Pak Aqsa. Arah kita mancing menjelajahi muara seperti pengarahan sama pemandu ranger tadi. Sebelum kita menjelajah mari sejenak kita berserah diri pada perlindungan yang Kuasa dan kita berdoa meminta keselamatan pada Tuhan,” kata Zaenus mengatur kawan-kawannya sebelum melakukan ekspedisi.

Jam 9 pagi kami semua siap di kapal yang akan mengantar kami ke bibir muara. Kapal berjalan pelan sambil menarik 3 kano yang akan kami gunakan untuk menjelajahi muara. Kondisi ke laut di depan muara di sekitar Handeleum rata-rata sangat dangkal sehingga tidak bisa kapal masuk ke dalam muara, sehingga hanya dengan menggunakan kano (sampan) yang bisa menembus muara. Dengan jarak kurang lebih 1 km kami harus mendayung untuk mencapai bibir muara. Bagi saya yang baru pertama kali memancing mengunakan kano /sampan merupakan pengalaman yang menegangkan karena takut sampan miring  berbaur dengan rasa capeknya  menjadi satu, rasanya nano-nano deh hahaha… 

Zaenus
Parade casting di hutan mangrove
Sambil menggayuh dayung angan saya menerawang jauh menembus batas waktu membayangkan bagaimana perjuangan  gagah berani pasukan Columbus yang menemukan benua Amerika yang turun dari kapal besar, lalu naik  sampan kapal mendekati memasuki daratan Amerika. Atau angan saya membayangkan kapten Sparrow dengan anak buahnya menembus ombak dengan sampannya lalu mencapai daratan, ah kebanyakan mengkhayal hahaha…

Kita akhirnya sampai di spot pertama. Rasa capek dan lelah seperti tidak terasa setelah kano sampai di mulut muara, karena di depan mata kami dimanjakan oleh pemandangan hijau hutan mangrove. Di kanan kiri terdapat pohon-pohon besar yang tidak mudah kami temui ditempat lain. Sementara itu burung-burung terus berkicau menyambut kedatangan kami diatas lebatnya hutan.

mendayung kano hingga muara
ikan mangrove jack milik pak erwin

Tim ekspedisi bersama pemandu
Tempat ini bagaikan paradise, indahnya dan  parade casting kita mulai. Wiem Kusworo dan Zaenus yang satu kano sama saya nampaknya sudah tidak tahan lagi untuk casting. Demikian halya kawan-kawan di kano lain juga langsung melemparkan lure.

Tiga kano masuk secara pelahan-lahan karena masing-masing mulai casting di sela-sela akar bakau. Bagaikan pasukan, para castinger mulai beraksi menyisir semua sisi sungai muara di spot pertama. Markus Sugianto membuka perolehan dengan mendapat ikan mj panggilan keren dari ikan mangrove jack. Selanjutnya di kano saya,  Zaenus mulai menghempaskan mj di susul oleh Wiem Kusworo mendapat kerapu. Sementara kawan saya Lukman dan Erwin nampaknya belum berhasil mendapatkan sambaran.

Setelah kami memasuki spot di muara pertama dengan hasil yang masih minim, maka kami pun pindah ke muara yang tidak jauh dari spot pertama. Meski tidak jauh dengan jarak  kurang lebih 0,5 km namun untuk menuju ke spot kedua bukanlah hal yang mudah. Kano yang kami naiki harus melawan ombak laut dan angin sehingga sangat berat kami mengkayuh gayung kano. Dengan semangat 45 akhirnya kami bisa mencapai mulut muara dan mulai casting. Baru masuk dengan jarak 200 meter muara terpecah menjadi dua. Kano saya memilih sungai yang beralur kiri sedangkan dua kano kawan lain memilih ke sungai yang mengarak kanan. Sebelum berpisah kami membuat perjanjian kita nanti bertemu jam 01.00 untuk makan siang di kapal pengantar.

Dengan penuh semangat pancinger terus casting, Zaenus dan Wiem mulai mendapatkan ikan mj. Kali ini durasi strike lebih banyak dibanding spot yang pertama. Meski demikian sampai sore hari kami belum menemukan spot mendapat MJ babon diatas 1 kg. Sementara itu dua kano nampaknya juga mendapat banyak MJ dan kerapu. Lukman mendapat 5 Mj dengan satu kerapu, sementara Markus dan Steve mendapat 10 ekor mj dan kerapu. Kano saya hanya mendapat 4 ekor mj. Bagaikan pasukan yang menang dalam pertempuran kami kembali ke base camp Pulau Handeleum untuk menikmati malam dengan sejuta bintang bersama angin laut  hingga terlelap.   
 
Menembus hutan dan sungai yang masih banyak binatang liar

menyusur pantai dengan kano
Rilis Mj bertubi-tubi
Kicau burung bernyanyi riang bersahut-sahutan membangunkan tidur nyenyak kami di base camp Pulau Handeleum. Kutengok arloji ditangan waktu menunjukan pukul 5.30, tetapi kehadiran burung-burung yang berkicau bagaikan alarm telah membangunkan kami. Kicau burung nan merdu, sejuknya  udara di pagi hari adal suatu fimfoni alam yang mendamaikan  jiwa. Suasana simfoni yang alami dipagi hari jarang kami jumpai di kota besar semacam Jakarta. Setelah berdoa mengucap syukur dan memohon keselamatan dalam trip, maka saya segera mandi dan sarapan pagi. Usai sarapan kami pun mulai berangkat untuk melakukan ekspedisi di hari kedua ini. 

 Kapal pengantar segera mengarahkan mendekati muara yang merupakan spot yang kelima. Kali ini kapal agak jauh berlabuh di tengah karena terlalu dangkal. Oke tidak masalah, toh kami semua sudah istirahat cukup dan sarapan pagi, sehingga untuk mendayung jauh tidaklah masalah. Kami melewati pantai lamun yaitu pantai yang ditumbuhi dengan tanaman yang terendam air.

Moh Erwin
sarang ikan dan sarang buaya

Dalam tempo 15 menit akhirnya kami sampai di depan mulut muara. Bagaikan pertunjukan spektakuler  kami menikmati atraksi simfoni alam telah kami nikmati dengan banyak burung berkicau diantara hutan bakau. Di atas kepala kami beberapa elang hilir mudik. Ditengah dalam hutan sering terdengar pletak pletok suara kepiting dan udang yang memecah cangkangnya.  Kini giliran pancinger TFC memainkan simfoni dengan menikmati bagaimana serunya bertarung dengan ikan mangrove jack dan kerapu. Dalam trip kali saya merasa bangga karena strike pertama mj jumbo dengan bobot 1 kg up. “Strike juru kunci,”kata Pak Wiem ketika melihat Mj jumbo yang saya dapat. Benar saja setelah itu semua pancinger dalam 3 kano merasakan strike ikan mj secara bertubi-tubi. Ikan-ikan mj yang kami pancing kami rilis dan kami hanya mengambil ikan kerapu. Total rilis mj dalam dua trip ada sekitar 40 ekor, untuk ikan kerapu mendapat sebanyak 30 ekor. Perolehan ikan yang begitu banyak ini membuat kami pulang ke Jakarta bagaikan pasukan yang menang dalam pertempuran. Bangga dan senang sudahlah pasti, namun kami tetap mensyukuri kepada Allah karena bisa menguak simfoni alam yang tersembunyi.***Marcus Widhi Nugroho  
 

0 komentar:

Posting Komentar