Pak Wiwim |
Ikan mangrove jack dan ikan kerapu menyambar bertubi-tubi.
Burung-burung bersahut-sahutan tiada berhenti bernyanyi. Burung elang hilir
mudik diatas kepala kami. Suasana ini sangat menghibur hati. Siapapun yang
menemui hal ini akan terhibur batinnya serta merenungkan betapa besar dan agung
karya Allah Sang Ilahi. Itulah perenungan batin tatkala kawan Terminal Fishing Community (TFC) dengan pancinger Wiwiem Kusworo, Zaenus,
Markus Sugianto, Erwin, Steve, Lukman dan Marcus Widhi Nugroho dari Berita
Mancing, melakukan mancing dengan menjelajahi
hutan bakau di muara-muara sekitar Pulau Handeleum, kawasan Taman Nasional
Ujung Kulon.
Markuss |
Pada penjelajahan menemukan muara hutan bakau yang dihuni oleh ikan mangrove
jack, barramundi dan kerapu. Penemuan “harta karun’ sangat penting bagi
penggemar casting di tanah Jawa ini. Mengapa? Karena untuk menemukan hot spot
casting di daerah yang relative dekat dari Jakarta masih sedikit jumlahnya.
Untuk menuju ke Handeleum kita harus menuju ke desa Taman Jaya. Desa Taman Jaya merupakan desa terakhir yang berada di tepi
Taman Nasional Ujung Kulon. Dari desa ini
para pecinta alam yang mulai trekking menjelajahi lebatnya hutan rimba
maupun ingin menjelajah ke kawasan Taman Nasional Ujungkulon seperti Pulau Peucang,
Pulau Handeleum maupun Pulau Panaitan. Desa Taman Jaya bagaikan “pintu” menuju
petualangan di Taman Nasional Ujung Kulon ini, terdapat satu home stay cantik
di pinggir pantai sebagai shelter para penjelajah alam termasuk rombongan kami.
steve |
Kano fishing
“Kita akan bagi tiga kelompok untuk mancing di kano
menjelajah muara. Kano pertama saya, Pak Wiem dan Pak Marcus dengan pemandu ranger Pak Miskandi. Kelompok
kano kedua Markus, Steve dengan pemandu
ranger Pak Yani. Dan kano ketiga Pak Erwin, Lukman dan pemandu ranger adalah
Pak Aqsa. Arah kita mancing menjelajahi muara seperti pengarahan sama pemandu
ranger tadi. Sebelum kita menjelajah mari sejenak kita berserah diri pada perlindungan
yang Kuasa dan kita berdoa meminta keselamatan pada Tuhan,” kata Zaenus
mengatur kawan-kawannya sebelum melakukan ekspedisi.
Jam 9 pagi kami semua siap di kapal yang akan mengantar kami
ke bibir muara. Kapal berjalan pelan sambil menarik 3 kano yang akan kami
gunakan untuk menjelajahi muara. Kondisi ke laut di depan muara di sekitar
Handeleum rata-rata sangat dangkal sehingga tidak bisa kapal masuk ke dalam
muara, sehingga hanya dengan menggunakan kano (sampan) yang bisa menembus
muara. Dengan jarak kurang lebih 1 km kami harus mendayung untuk mencapai bibir
muara. Bagi saya yang baru pertama kali memancing mengunakan kano /sampan merupakan
pengalaman yang menegangkan karena takut sampan miring berbaur dengan rasa capeknya menjadi satu, rasanya nano-nano deh hahaha…
Zaenus |
Parade casting di
hutan mangrove
Sambil menggayuh dayung angan saya menerawang jauh menembus
batas waktu membayangkan bagaimana perjuangan
gagah berani pasukan Columbus yang menemukan benua Amerika yang turun
dari kapal besar, lalu naik sampan kapal
mendekati memasuki daratan Amerika. Atau angan saya membayangkan kapten Sparrow
dengan anak buahnya menembus ombak dengan sampannya lalu mencapai daratan, ah
kebanyakan mengkhayal hahaha…
Kita akhirnya sampai di spot pertama. Rasa capek dan lelah seperti
tidak terasa setelah kano sampai di mulut muara, karena di depan mata kami
dimanjakan oleh pemandangan hijau hutan mangrove. Di kanan kiri terdapat
pohon-pohon besar yang tidak mudah kami temui ditempat lain. Sementara itu
burung-burung terus berkicau menyambut kedatangan kami diatas lebatnya hutan.
mendayung kano hingga muara |
ikan mangrove jack milik pak erwin |
Tim ekspedisi bersama pemandu |
Tempat ini bagaikan paradise, indahnya dan parade casting kita mulai. Wiem Kusworo dan
Zaenus yang satu kano sama saya nampaknya sudah tidak tahan lagi untuk casting.
Demikian halya kawan-kawan di kano lain juga langsung melemparkan lure.
Tiga kano masuk secara pelahan-lahan karena masing-masing
mulai casting di sela-sela akar bakau. Bagaikan pasukan, para castinger mulai
beraksi menyisir semua sisi sungai muara di spot pertama. Markus Sugianto
membuka perolehan dengan mendapat ikan mj panggilan keren dari ikan mangrove
jack. Selanjutnya di kano saya, Zaenus
mulai menghempaskan mj di susul oleh Wiem Kusworo mendapat kerapu. Sementara
kawan saya Lukman dan Erwin nampaknya belum berhasil mendapatkan sambaran.
Setelah kami memasuki spot di muara pertama dengan hasil
yang masih minim, maka kami pun pindah ke muara yang tidak jauh dari spot
pertama. Meski tidak jauh dengan jarak
kurang lebih 0,5 km namun untuk menuju ke spot kedua bukanlah hal yang
mudah. Kano yang kami naiki harus melawan ombak laut dan angin sehingga sangat
berat kami mengkayuh gayung kano. Dengan semangat 45 akhirnya kami bisa
mencapai mulut muara dan mulai casting. Baru masuk dengan jarak 200 meter muara
terpecah menjadi dua. Kano saya memilih sungai yang beralur kiri sedangkan dua
kano kawan lain memilih ke sungai yang mengarak kanan. Sebelum berpisah kami
membuat perjanjian kita nanti bertemu jam 01.00 untuk makan siang di kapal
pengantar.
Dengan penuh semangat pancinger terus casting, Zaenus dan
Wiem mulai mendapatkan ikan mj. Kali ini durasi strike lebih banyak dibanding
spot yang pertama. Meski demikian sampai sore hari kami belum menemukan spot
mendapat MJ babon diatas 1 kg. Sementara itu dua kano nampaknya juga mendapat
banyak MJ dan kerapu. Lukman mendapat 5 Mj dengan satu kerapu, sementara Markus
dan Steve mendapat 10 ekor mj dan kerapu. Kano saya hanya mendapat 4 ekor mj. Bagaikan
pasukan yang menang dalam pertempuran kami kembali ke base camp Pulau Handeleum
untuk menikmati malam dengan sejuta bintang bersama angin laut hingga terlelap.
menyusur pantai dengan kano |
Rilis Mj bertubi-tubi
Kicau burung bernyanyi riang bersahut-sahutan membangunkan
tidur nyenyak kami di base camp Pulau Handeleum. Kutengok arloji ditangan waktu
menunjukan pukul 5.30, tetapi kehadiran burung-burung yang berkicau bagaikan
alarm telah membangunkan kami. Kicau burung nan merdu, sejuknya udara di pagi hari adal suatu fimfoni alam
yang mendamaikan jiwa. Suasana simfoni yang
alami dipagi hari jarang kami jumpai di kota besar semacam Jakarta. Setelah
berdoa mengucap syukur dan memohon keselamatan dalam trip, maka saya segera
mandi dan sarapan pagi. Usai sarapan kami pun mulai berangkat untuk melakukan ekspedisi
di hari kedua ini.
Kapal pengantar
segera mengarahkan mendekati muara yang merupakan spot yang kelima. Kali ini
kapal agak jauh berlabuh di tengah karena terlalu dangkal. Oke tidak masalah,
toh kami semua sudah istirahat cukup dan sarapan pagi, sehingga untuk mendayung
jauh tidaklah masalah. Kami melewati pantai lamun yaitu pantai yang ditumbuhi
dengan tanaman yang terendam air.
Moh Erwin |
sarang ikan dan sarang buaya |
Dalam tempo 15 menit akhirnya kami sampai di depan mulut
muara. Bagaikan pertunjukan spektakuler
kami menikmati atraksi simfoni alam telah kami nikmati dengan banyak
burung berkicau diantara hutan bakau. Di atas kepala kami beberapa elang hilir
mudik. Ditengah dalam hutan sering terdengar pletak pletok suara kepiting dan
udang yang memecah cangkangnya. Kini
giliran pancinger TFC memainkan simfoni dengan menikmati bagaimana serunya
bertarung dengan ikan mangrove jack dan kerapu. Dalam trip kali saya merasa
bangga karena strike pertama mj jumbo dengan bobot 1 kg up. “Strike juru
kunci,”kata Pak Wiem ketika melihat Mj jumbo yang saya dapat. Benar saja
setelah itu semua pancinger dalam 3 kano merasakan strike ikan mj secara
bertubi-tubi. Ikan-ikan mj yang kami pancing kami rilis dan kami hanya
mengambil ikan kerapu. Total rilis mj dalam dua trip ada sekitar 40 ekor, untuk
ikan kerapu mendapat sebanyak 30 ekor. Perolehan ikan yang begitu banyak ini membuat
kami pulang ke Jakarta bagaikan pasukan yang menang dalam pertempuran. Bangga
dan senang sudahlah pasti, namun kami tetap mensyukuri kepada Allah karena bisa
menguak simfoni alam yang tersembunyi.***Marcus Widhi Nugroho
0 komentar:
Posting Komentar