Jumat, 29 Juni 2012

Banyaknya media massa, baik cetak maupun elektronik yang membahas mancing, menandakan bahwa hobi memancing sekarang ini sudah mengalami pergeseran dari kegiatan manusia dari mencari makan ke kegiatan hobi. Pergeseran orientasi memancing dari mencari lauk menjadi sebuah hobi, membawa dampak positif dalam perkembangan mancing secara luas. Perubahan orientasi inilah yang membawa berkah sendiri bagi pelaku bisnis mancing dan tentu saja pariwisata setempat. Memancing itu bagaikan candu, sekali dirasakan langsung ketagihan, dan orang yang marasakan akan mencari dan mencari sampai ketemu dan tiada henti. Tanpa disadari orang-orang penggemar mancing ingin terus menikmati tarikan ikan. Ikan-ikan besar mereka impikan terus diburunya kapan saja dan dimana saja.
Bila pemancing pergi memancing, namun tidak mendapat ikan, maka dirinya akan diliputi rasa penasaran, dan lusa pasti akan mencari ikan sampai dapat. Lalu setelah dapat ikan kecil, si pemancing ingin mendapat ikan yang lebih besar lagi. Padahal mereka tidak menyadari bahwa tidak semua trip mancing yang dijalani akan bisa menghasilkan ikan, dan sebaliknya bahwa trip yang tidak menghasilkan inilah membuat mereka menjadi penasaran untuk melakukan kegiatan memancing lagi. Kegiatan untuk terus menerus memancing, tenyata membawa berkah bagi orang banyak. Si pemancing tadi akan mencari alat pancing yang dianggapnya bisa membantu untuk mendapatkan ikan. Kegiatan berbelanja alat pancing yang dilakukan pemancing, secara langsung pemancing sudah ikut menghidupkan industri alat pancing (pabrik), toko-toko pancing. Dalam industri pembuatan alat pancing ternyata melibatkan ratusan tenaga kerja. Saya pernah berkunjung di pabrik pembuatan alat pancing seperti ril dan senar, dari situ saya lihat dalam satu pabrik alat pancing saja ternyata dibutuhkan ratusan tenaga bekerja. Bayangkan berapa tenaga kerja bila di negeri ini ada 5 s/ 10 pabrik tackle fishing di Indonesia? Yang pasti ribuan tenaga kerja dalam industri fishing tackle. Ini jumlah yang luar biasa. Berkah dari hobi memancing ini juga dirasakan bagi toko pancing. Jika kita telusuri dari Sabang sampai Merauke, jumlah toko pancing di tanah air ini, mungkin jumlahnya mencapai ribuan toko pancing. Dari banyaknya toko pancing saja terlihat beberapa ribu orang yang menggantungkan hobi memancing. Hadirnya pemancing juga menghidupi dan membawa berkah di sektor wisata serta menambah devisa Negara. Sebagai contoh bagaimana lewat mancing ternyata bisa menghidupkan perekonomian terjadi di Negara Mexico, dimana Negara tersebut ada sebuah desa yang tandus dan gersang dengan nama San Cabo. Kegersangannya tentu saja membuat daerah ini tidak menarik bagi investor untuk membangun daerah tersebut. Sungguh tiada menyangka daerah yang tadinya gersang dan tandus tiba-tiba menjadi pergunjingan dunia karena di daerah tersebut terdapat banyak ikan-ikan besar seperti marlin dan tuna. Setelah banyak yang tahu di daerah San Cobo – Mexico banyak terdapat ikan besar, pelan namun pasti pemancing-pemancing dari berbagai Negara yang “haus” ingin menarik ikan besar pun mencoba datang ke sana. Setelah mereka memancing dan mendapatkan ikan-ikan mereka pun lantas ingin kembali lagi ke sana. Bagaikan virus, berita tentang keberadan ikan-ikan di San Cabo langsung merebak ke semua pemancing di seluruh dunia. Dampak dari banyak pemancing yang datang dari berbagai penjuru dunia, satu persatu investor berdatangan untuk membangun kota San Cabo desa kecil tersebut. Mulailah mereka membangun kapal mancing, mulailah tumbuh hotel. Coba bayangkan kru kapal yang tadinya hanya nelayan dengan penghasilan kecil namun setelah menjadi pemandu mancing mereka memiliki penghidupan yang layak. Demikian juga di dalam hotel atau penginapan dengan hadirnya pemancing hotel mereka menjadi ramai dan hidup. Bisnis lain pun mengikuti seperti dibukanya restoran, kafe dan sebagainya.
Memancing memang menjadi hobi yang menggiurkan dan mendatangkan uang. Bagaimana tidak, demi hobi dan rasa penasaran ingin mendapat ikan besar seorang pemancing rela mengeluarkan ratusan juta rupiah. Bagi anda yang tidak paham memancing mungkin tidak percaya, namun saya akan memberikan gambaran bagaimana pemancing mengeluarkan uang. Kita ambil contoh pemancing dari Indonesia yang ingin mancing ke San Cabo – Mexico. Pertama-tama, coba bayangkan berapa rupiah tiket pesawat Mexico – Jakarta PP. Lalu berapa rupiah yang harus dibayar untuk transportasi, hotel, sewa kapal, makan, tip dan sebagainya. Kalau ditotal anda pasti akan tercengang lantaran jumlahnya besar. Menyadari bahwa dengan mancing bisa mendatangkan uang, maka negara-negara yang memiliki potensi baharinya beramai-ramai membuat paket wisata memancing. Sekarang ini banyak negara mulai menawarkan mancing sebagai salah satu untuk menghasilkan devisa. Bahkan di Indonesia meski masih sedikit, sudah mulai banyak kapal-kapal yang menawarkan mancing seperti di daerah Binuangeun Banten, Carita Banten, Palabuhranratu, Teluk Jakarta, Bali, dan Manado dan di daerah tersebut terdongkrak perekonomiannya. Saya akan memberikan contoh nyata bahwa hobi mancing berdampak positif bagi sektor wisata di salah satu daerah. Daerah yang saya ambil adalah daerah Binuangeun, Malimping Banten yang tadinya dari desa tertinggal menjadi desa tujuan wisata dikarenakan hadirnya pemancing. Pada tahun 1990 daerah Binuangeun merupakan desa nelayan terpencil, dan tertinggal. Seiring dengan semakin banyaknya pemancing yang datang ke Binuangeun memancing. Melimpah ruahnya ikan Binuangeun bagaikan gula yang menarik semut. Pada tahun-tahun berikutnya seiring semakin banyak pemancing yang berdatang ke Binuangeun, maka membawa berkah bagi warga sekitar Binuangeun. Di sana mulailah muncul kapal-kapal yang disewakan untuk memancing. Mulai tumbuh operator mancing, mulai tumbuh restoran, mulai tumbuh hotel dan penginapan. Jika kita lihat sekarang desa terpencil itu menjadi sebuah desa yang ramai dengan turis mancing dan tumbuh resort. Yang mendapat berkah dari mancing ternyata bukan hanya di laut semata, namun lokasi-lokasi mancing air tawar pun menjadi ikut merasakan kenikmatan dari mancing. Sebagai contoh di daerah Jabodetabek, pada saat ini bermunculan kolam-kolam pemancingan beruka kolam harian, kiloan dan galatama. Dan anehnya, kolam-kolam tersebut pada hari sabtu minggu atau hari libur selalu ramai dengan pemancing.
Jangan menganggap sebelah mata bagaimana penghasilan pemilik kolam, apalagi kolam galatama. Dalam hitungan kasar dimana penghasilan pemilik kolam 30 persen dari total tiket yang dijual per ronde, dimana satu ronde berlangsung 2 – 2 ½ jam. Dalam satu hari bisa tiga atau empat babak. Jadi dalam satu hari pemilik kolam galatama sudah meraup ratusan hingga jutaan rupiah. Selain pemilik kolam yang untung dari memancing di kolam adalah peternak ikan, kedi memancing, tukang jualan umpan, warung dan sebagainya. Mata rantai simbiosis mutualisme dalam kegiatan memancing ternyata merambah kemana-mana. Dari mancing muncullah media-media seperti majalah, tabloid, video, DVD/ VDC mancing dan bahkan acara mancing di televisi. Bayangkan setiap kantor majalah atau rumah produksi yang membuat DVD atau acara mancing di televisi pasti membutuhkan tenaga-tenaga kerja yang tidak sedikit. Selain itu dari mancing juga timbul kreatifitas usaha membuat souvenir seperti kaos gambar ikan, gelas, mug, sabuk, kalung dan sebagainya. Singkat kata hobi memancing benar-benar membawa berkah bagi usaha yang lain dan setelah menyusuri sejarah panjang mengenai mancing ternyata munculnya buku-buku memancing termasuk buka yang anda baca ini sekarang merupakan berkah dari memancing. Dan tentunya berkah itu akan berlimpah ketika anda membaca, menganalisa, syukur-syukur kalau buku ini bisa membantu hobi memancing yang sedang anda jalani. Salam Gentaaakkkk!!!! Marcus W Nugroho

2 komentar: